Semua Akan Mati
JULI.
Kucing pertama saya. Putih polos, mata bulat kecoklatan, bulu tebal dan manja.
Iya manja. Dia betina, dan majikannya (saya) laki-laki. Wajar kalau manja.
Suatu ketika Juli main ke rumah tetangga tanpa pamit, dia pergi mencari tikus.
Maklum kucing setengah kampung, mainnya sama tikus. Hari itu tikus tetangga
ditemukan Juli terbaring lemah di belakang tumah tetangga, tikus itu keracunan.
Juli yang mempunyai naluri kucing, langsung melahap tikus yang mati keracunan
dengan enaknya. Saya baru saja pulang sekolah siang itu, dan Juli terlihat
lemas di samping rumah. Mukanya pucat. Saya panik. “Paaakk!! Juli paaakkk!!”
saya memanggil bapak saya. Dengan segera Juli diberi penawar racun; air kelapa
muda. Tapi sialnya, racun tikus pada tikus yang dimakan Juli sudah terlanjur
menjalar ke seluruh tubuh Juli, dan sejam kemudian, nyawa Juli tidak
terselamatnya. Juli mati. Saya menangis semalaman.
DANGER!
Itu nama flashdisk 2GB pertama saya. Putih kotak memanjang dengan tutup
diujungnya yang terpasang tali panjang bertuliskan “NOKIA”. Flashdisk seperti
itu paling gaul pada zaman SMP saya. Saya beli dari hasil tabungan saya selama
kurang lebih 2 bulan. Ya, menabung Rp. 100.000 untuk anak SMP bukan hal yang
mudah pada zaman itu. Setelah lebih dari 1 tahun flashdisk tersebut menemani
saya, tanpa sebab yang pasti tiba-tiba ia tak bisa terdeteksi di laptop /
komputer manapun. Saya bingung. Saya panik. Sampai akhirnya saya sadar, kalau
flashdisk tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi. Saya pasrah. Saya dongkol.
Flashdisk 2 GB yang saya beli dari hasil menabung saya, mati begitu saja. Saya
diam semalaman.
NOKIA
2330. Ponsel pertama saya setelah saya masuk SMA. Orang tua saya memang tidak
mengijinkan anaknya bermain ponsel sebelum benar-benar dibutuhkan. Berhubung
SMA saya jaraknya lumayan jauh, maka orang tua saya membelikan sebuah ponsel
baru untuk saya supaya saya bisa tetap memberi kabar tanpa harus menulis surat
panjang lebar. Malam itu saya mengikuti Soedirman Cup di GOR Satria Purwokerto,
dengan pulang berbekal kekalahan, maka saya pikir biarlah saya pulang bersama
rintik gerimis yang saya pikir bisa menghapus tangis kekecewaan. Sesampainya di
rumah, semua baju langsung saya rendam. Tak ketinggalan jaket saya yang
basah-basah berbau resah. Setelah semua direndam, saya berganti pakaian dan,
tunggu, ponsel saya di mana? Di tas, kosong. Di meja, kosong. Di atas kasur,
kosong. Oh sial, di jaket! Buru-buru saya ke kamar mandi, dan benar, ponsel
saya ada di jaket yang sudah direndam air detergen 5 menit yang lalu. Ponsel saya
lemah tak berdaya, mati total. Kecewa saya malam itu makin menjadi-jadi karena
kelalaian saya sendiri.
HARDDISK
320GB. Harddisk dari laptop pertama saya, laptop yang dibelikan ketika saya
kelas 2 SMA, laptop yang menemani saya sampai kuliah semester 5. Senin malam
saya iseng menyalakan laptop saya, membaca catatan-catatan lama saya—draft
blog yang tak kunjung diposting. Saya pikir sudahlah, masih ada hari esok kok
untuk mempostingnya. Saya shutdown laptop saya. Sorenya saya ingin menulis
sesuatu untuk blog saya, saya nyalakan laptop, macet sampai logo windows. Saya
diamkan sekitar 5 menit, tertulis pesan di layar laptop “You're PC ran into a
problem. :(” saya melongo. Laptop saya restart sendiri, sampai 3 kali. Dan
setelahnya, dia tak bisa booting lagi. Harddisk 320 GB yang penuh kenangan,
tiba-tiba mati tak bisa terdeteksi. Saya panik. Saya bingung. Saya coba
bongkar-copot harddisk-pasang lagi, hasilnya nihil. Saya ulangi sampai 3 kali,
tetap nihil. Esoknya saya bawa ke tukang servis laptop, dan hasilnya
“Harddisknya rusak, mas” kata mas tukang servis. Saya diam saja sambil
mengangguk-angguk kecil dan muka pasrah. Huft.
***
Satu
hal yang harus kita sadari; semua yang
ada di dunia ini akan mati. Benda hidup akan mati, benda mati pun akan
mati. Semua punya umurnya masing-masing, dan kita tak akan tahu kapan akan
datang “umurnya” dari tiap benda itu. Tinggal persiapkan dan tunggu waktunya
datang.
Lalu
saya berpikir; mungkin cinta kita pun akan mati suatu saat nanti. Kemudian saya
bertekad; saya akan menjaga cinta kita agar bisa tetap hidup sampai akhirnya saya
mati.
No comments :
Post a Comment