Teruntuk Kamu
Teruntuk kamu, yang sudah melupakan
cinta kita (yang dulu pernah ada).
Apa kabar? Cinta kita (yang sudah
kamu lupakan) ingin tahu kabarmu. Aku dan cinta kita berharap kamu masih sehat
dan tetap ceria seperti dulu. Atau mungkin lebih ceria. Ya walau ceriamu
sekarang karena kekasih barumu, sebenarnya itu masalah, namun, apa daya bagiku?
Malam ini, awan kelabu menyelimuti
bumi, di luar sana hujan lebat, dan angin bertiup dengan hebat. Apakah kamu
berada di dalam rumah dengan pakaian hangat dan secangkir teh panas, saat ini? Lagi-lagi
cinta kita (yang sudah kamu campakkan) menanyakan keadaanmu. Dia khawatir,
kalau saja kamu sedang di luar rumah dan kedinginan. Oh, tak lama kemudian dia
sadar, mungkin dia tidak perlu khawatir lagi, pasti kekasih barumu sudah menghangatkanmu
dengan peluknya, kan?
Selain membawa berkah, hujan juga
turut membawa kenangan. Ya, kenangan tentang aku, kamu, dan cinta kita (yang
bukan lagi apa-apa bagimu) perlahan membesit di benakku. Tentang bagaimana
semesta mempertemukan kita. Tentang bagaimana cinta kita mulai tumbuh lalu
perlahan menjembatani hatiku dan hatimu hingga jembatan itu menjadi kokoh dan
megah. Sampai tentang bagaimana kamu menyia-nyiakan cinta kita yang sungguh
mempesona, dulu. Rasanya, hatiku seperti tersayat-sayat ketika memori itu
kembali melintas di otakku.
Oh iya, tahukah kamu, bagaimana
keadaan cinta kita (yang kamu sia-siakan begitu saja) sekarang? 3 hari yang
lalu aku sempat mengunjunginya. Dia terlihat begitu rapuh, seperti kayu yang
termakan usia dan diselubungi rayap. Tetapi dia tetap mencoba untuk tegar,
walau kenyataan tak seindah harapan, walau tiada lagi yang menemani, walau
tiada lagi yang peduli. Padahal, dulu, dia begitu bersemangat menghadapi
hari-harinya, begitu hebat, begitu kuat, saat aku dan kamu menemani dia. Ya,
walaupun hanya aku dan kamu yang menemani cinta kita, tetapi dia bisa menjadi begitu
super.
Sekarang, cinta kita (yang dulunya begitu
super) sedang merindukanmu. Sungguh merindu. Dia ingin sekali dijenguk olehmu, tap
apalah walau hanya sesekali. Tak apalah walau kamu akan menjenguk dia bersama cinta
barumu, yang terpenting kamu mau menjenguknya, urusan kamu datang dengan cinta
barumu atau tidak itu belakangan, katanya. Bisa kan kamu luangkan waktumu
sejenak untuk menjenguk dia? Lewat surat ini, aku memohon kepadamu, cinta
pertamaku. Sebelas menit saja, itu sudah lebih dari cukup.
Dan sebelum surat ini berakhir, aku ingin
katakan, “Aku dan cinta kita (masih)
mencintai kamu”. Tertanda, aku dan cinta kita (yang dulu pernah ada).
yaampun terharu biru kelau deh bacanya(?) :')
ReplyDeleteaih, makasih ya. :) tapi plis, nggak usah lebay gitu. week. :D
DeleteHujan memang doyan banget menuntun kita ke dimensi lain, dimana berjajar rapi di dalam sebuah ruangan frame frame yang kita sebut kenangan. Entah itu sebuah karena perasaan, atau memang itu adalah misteri alam. Entahlah. Muahuehuehue
ReplyDeleteberbelit-belit bener, Hid? :D tapi makasih ya sempet mampir sambil ninggalin komeng. :))
Deletengena sekaliiii :))) nice anyway.
ReplyDeleteyeay! makasih ya udah sempet mampir. :))
Deletekeren crit :)
ReplyDeletemakasih, Nu! :)
Deletemelu komen bae lah :D
ReplyDeleteahaha monggo, sok atuh. makasih yak. :)
Delete