Ketemu Duta 507
Hulala~ hulala~ hulala~ saya senang sekali~
#bukanNyanyi
Jadi, rabu malam kemarin saya iseng dengerin radio
lewat handphone saya, maklum lah
belum ada tipi di kamar kos saya, jadi hiburannya ya radio, internet, 3gp,
selingkuhan, laptop, gitar.
Nah,
tengah asyik-asyiknya dengerin radio, tiba-tiba si radio muterin lagunya Sheila
On 7 yang judulnya Hujan Turun. Seketika itu juga saya jadi ingat tentang
Sheila On 7. Lalu insting saya berkata “kamu
main ke management-nya Sheila gih”. Teroreng!
Dan saya
pun menjawab, “baiklah! Aku akan ke sana
malam ini juga. Peduli setan ada yang mau nemenin apa enggak!”
Dengan tekat bulat dan semangat
yang membara serta uang lima ribu rupiah (buat beli bensin), saya berangkat
malam itu. Hulala~
Tapi, di tengah jalan, langkah saya, emm, maksudnya
motor saya, saya hentikan. Saya berpikir sejenak “Jalan Garuda 177A, Manukan, Condongcatur, Depok, Sleman itu dimana,
ya?” wuu.. kamu bego ya, Crit. Mau pergi tapi tak tahu jalan mana yang
harus kau tempuh.
Walaupun saya tak tahu jalan
mana yang harus saya tempuh, saya tidak menyerah bergitu saja. Langsung saja
saya hubungi teman saya, sebut saja Opang, saya minta peta daerah Manukan yang ada Jalan
Garuda-nya tentunya. Dan sekitar 15 menit kemudian (lama ye? Iye) saya dapatkan
petanya! *kowawa*
Malam itu juga saya menyusuri
Jalan Garuda sendirian. Sendirian. SENDIRIAN.
Daerah Manukan di malam hari
itu relatif sepi dan dingin. Jaket yang saya pakai masih saja tak mampu
membendung dinginnya angin Manukan malam itu. Mungkin cuma kamu yang mampu
membendung hawa dingin itu, dengan pelukan. Ealah..
Sekitar 1,5 Km ke utara dari
terminal Concat, saya menemukan Jalan
Garuda! *turun dari motor* *kowawa*
Jadi, di situ ada perempatan, belok
kanan maupun belok kiri, sama saja, Jalan Garuda. Lalu saya putuskan untuk
ambil kiri. Entah setan mana yang menyesatkan saya ke arah tersebut.
Motor saya saya jalankan
perlahan sambil celingak-celinguk mencari 177A. Dan sampai di ujung jalan,
NGGAK ADA 177A-NYA!!
Saya putar arah, saya terlusuri
lagi jalan tersebut, masih saja tidak terlihat 177A. oh my.. mana jalanan sepi,
saya sendiri, di daerah yang tidak saya kenali. Horor.
Saya masih saja mengendarai
motor saya sampai di perempatan yang saya jumpai tadi. Dan tahukah? MASIH SAJA
TIDAK TERLIHAT 177A-NYA!! *turun dari motor* *banting helm* *ambil lagi*
*nangisin helm yang dibanting*
Sepanjang Jalan Garuda yang
saya lalui itu, yang ada hanyalah rumah-rumah dengan nomor yang berkisar antara
1-76A saja. 177A-NYA DIMANA?!?!?!!?!?!?
Karna penasaran, saya kembali
lagi telusuri jalan kecil itu, dan hasilnya masih tetap sama. Lalu saya kembali
lagi sampai perempatan yang tadi. Nah, karna masih benar-benar penasaran, saya
ulangi sekali lagi, dan ini yang terakhir kalinya. Huh! (>..<!!)9
Sampai di ujung jalan, saya
baru menyadari bahwa ada jalan kecil ke arah utara. Otak saya langsung saja
berkata “Mungkin di sana, ayo buruan cus
ke sana, Crit!” saya bergegas menelusuri jalan kecil itu. Tapi apa? Yang
ada hanyalah rumah-rumah besar dan gelap yang sepertinya tidak berpenghuni.
Kampret! Makin horor aja.
Kemudian saya memutuskan pulang
dan melanjutkan penelusuran ini, besok. Aku pulang~ tanpa dendam~ hiks..
Siang harinya, sepulang kuliah, saya memutuskan lagi
untuk mencari dimanakah letak Management Sheila itu.
Kali ini
saya tidak sendiri lagi, yee.. saya mengajak (sebenarnya sih memaksa) teman
saya untuk menemani saya melakukan penelusuran ini. Perlukah saya sebutkan
namanya? Kalo perlu, sebut saja Jiteng.
Saya kembali lagi ke jalan yang
sama yang saya lewati tadi malam. Dengan harapan nomor 177A bisa terlihat jelas
di siang hari, mungkin saja di malam hari karna suasana petang dan sedikit
horor, jadi nomor 177A tidak bisa dilihat dengan mata biasa, harus pake
kacamata, pikir saya.
Tapi ternyata sama saja, sampai
bolak-balik dua kali, saya belum juga menemukan 177A. (-__-!)
Karna siang itu begitu panas,
saya putuskan untuk pulang saja. Beneran, panas badai~ lagian jam setengah dua
saya ada kuliah lagi.
Sorenya, sepulang kuliah, saya putuskan untuk mencari
lagi dimana sejatinya Management Sheila itu berada. Kali ini, saya pergi
sendiri lagi. Iya, cendilian lagi. Ciyan ya..
Saya
kendarai motor saya perlahan, kali ini benar-benar perlahan, dari terminal
Concat itu pelan banget. 20Km/jam nggak sampe kayaknya. Dari terminal Concat ke
utara sampe mentok, saya melihat tulisan “Jalan Garuda” arah kanan-kiri. Wah, ini kok ada Jalan Garuda lagi?
Jangan-jangan ada di Jalan Garuda yang ini nih, bukan yang di utara sana.
Hm..
Saya
bergegas menelusuri Jalan Garuda yang satunya ini. Tapi hasilnya sama saja,
nihil. Dan beberapa menit kemudian, saya baru tersadar bahwa Jalan Garuda yang
ini itu Jalan Garuda Gejayan, bukan Manukan. Ah, lagi-lagi bego.
Lalu saya
putuskan untuk pergi ke arah utara lagi, dan lagi-lagi dengan perlahan.
Tiba-tiba
ada mobil hitam *beeppp* menyalip saya dengan kecepatan sedang. Saya
lihat-lihat mobil itu, ternyata ada stiker bertuliskan Starcross di kaca belakang. Wow! Saya perhatikan dengan seksama,
ada stiker bertuliskan Sheila On 7
juga di kaca belakang. Wow! Wow! Lalu saya perhatikan lebih detil lagi,
ternyata nopol-nya AB 507 XX. Wow!
Wow! Wow! Triple Wow!
Hati saya
riang gembira saat itu dan tanpa pikir pacar, saya buntuti mobil itu dengan
harapan mobil itu akan membawa saya menuju Management Sheila On 7. Yeay!
Sampai di
perempatan Jalan Garuda, ternyata mobil itu belok kanan. Iya, BELOK KANAN.
KENAPA NGGAK DARI SEMALEM KAMU BELOK KANAN, CRIT??!
Beberapa
meter kemudian… teroreng! Saya sampai di Management-nya Sheila On 7 berkat
mobil itu. Seketika itu juga, saya kowawa bersama motor saya. XD
Baru mau masuk ke Management-nya, tiba-tiba Pak Modjo
keluar menyambut saya. Buset cyin.. saya diajak salaman sama Pak Modjo.
“Monggo, Mas. Monggo.. silahkan masuk. Tukang pizza, kan? Lama banget
sih, saya tungguin dari tadi.”
Hehehe.. nggak, nggak gitu kok dialognya.
:p
Saya
masuk dan ya, di dalamnya ada berbagai macam kaos dan aksesoris berbau Sheila.
Bau yang baru kali ini saya cium seumur hidup. Indah sekali, bahagia sekali,
serasa habis nikah. Padahal belum pernah ngerasain nikah itu gimana. :))
Di dalam
situ, saya diajak ngobrol sama Mas-mas entah siapa namanya, tapi orangnya
begitu ramah, dan selanjutnya diajak ngobrol singkat sama Pak Modjo. Bhahaha!
Saya
bincang-bincang sebentar, lalu saya sampaikan maksud dan tujuan saya ke sini,
ingin mendaftar member SheilaGank. Yah, itu salah satu impian saya sebelum berada
di Jogja ini.
Setelah
merasa puas, saya pamitan sama orang-orang di situ. Tapi, sebelum pulang tentu
saja saya minta foto bareng sama Pak Modjo dulu dong. Hehehe.. (--,)
“Kapan-kapan
main ke sini lagi ya, sekedar mampir juga nggak apa-apa kok. Sampai ketemu
lagi”, kata Pak Modjo.
“Siap..
siap.. :))”, kata saya.
Mehehe.. Tanggal 11 selalu menyenangkan. :))
Dari semua hal yang terjadi di atas, bisa disimpulkan
bahwa semua akan indah pada waktunya. Ya! And
everything happens for a goodness reason. Ya!
Kalau saja malam harinya saya
menemukan tempat itu, bisa saja saya tidak bertemu dengan Pak Modjo. Mungkin
saya hanya akan bertemu Mas-mas ramah yang ngajak saya ngobrol.
Dan alasan terbaik saya
menemukan tempat itu di kesorean (bukan keesokan) harinya adalah supaya saya
bertemu Pak Modjo. Sesungguhnya Tuhan sudah mengatur segala-galanya yang
terbaik untuk kita.
Mungkin iya, pada awalnya saya
gagal untuk menemukan tempat itu, tapi, akhirnya saya berhasil juga, kan?
Malahan saya mendapat lebih dari apa yang saya ekspektasikan.
Jadi, beryukurlah kalau kamu
gagal, karna jatah gagalmu sudah berkurang, dan kamu makin dekat dengan
kesuksesan yang kamu impikan.
Syudah dulu ya, ini udah kepanjangan, kan? Hehehe..
Sebelum saya tutup, saya mau pamer dulu foto saya
bareng Pak Modjo, nih!
![]() |
Saya dan Pak Modjo |
Oya, ada lagi yang mau saya tunjukkan pada kamu, kamu,
kamu, dan kamu semuanya. Nih!
![]() |
Mention saya dibalas sama Pak Modjo (--,) |
lucu y
ReplyDeletepasti selalu positive thinking
sumpah baca ceritanya jd pengen nge share ke anak2 sheila gank yg lain.biar bs ngetawain kamu jg
:))
DeleteHEHEHE PISS V
ReplyDelete